Transformasi BUMN Perkebunan Dorong Ketahanan Pangan dan Energi Lewat Bioetanol Tebu
prolinknews1996.blogspot.com/
https://www.youtube.com/@prolinknews1996
PROLINK🌏News
Terbaru-Lengkap-Menghibur
Transformasi BUMN Perkebunan Dorong Ketahanan Pangan dan Energi Lewat Bioetanol Tebu
MOJOKERTO, 4 November 2022 | prolinknews1996.blogspot.com -
Kementerian BUMN, melalui Holding Perkebunan Nusantara,
terus melakukan transformasi di seluruh lini bisnis PTPN Group.
Salah satunya melalui
pembentukan subholding sektor gula, yakni PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau Sugar Co
yang diresmikan pada Jumat, 7 Oktober 2022 lalu. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden
Republik Joko Widodo yang menginstruksikan kepada para Menteri Kabinet Indonesia Maju
untuk mendorong ketahanan pangan dan energi.
PT Sinergi Gula Nusantara kini mengelola 36 pabrik gula yang selama ini berada di bawah 7
perusahaan PTPN dan 2 cucu perusahaan yang tidak hanya berfokus untuk memenuhi
kebutuhan gula nasional, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani tebu, menjaga
stabilitas harga gula petani, serta menjadi produsen Bioetanol yang merupakan produk
turunan dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak.
Dalam sambutannya saat kunjungan kerja ke PT Energi Agro Nusantara (Enero), anak usaha
PT Perkebunan Nusantara X, di Mojokerto, Jumat (04/11/2022),
Presiden Joko Widodo
mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini masih mengimpor gula konsumsi sebesar
1.088.000 ton per tahun. Belum lagi dengan impor gula untuk industri yang mencapai angka
3.569.000 ton per tahun.
“Padahal kita tahu di tahun 1.800-an Indonesia ini adalah raja gula, ekspor kita
kemana-mana
ke semua negara, saat itu. Pertanyaannya, kenapa dari yang dulu mengekspor ‘kok sekarang
impor? Pasti ada sesuatu yang salah yang harus diluruskan,” ujar Presiden Joko Widodo.
Untuk itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri BUMN untuk menyiapkan bibit-bibit
dengan varietas yang paling baik serta bekerja sama dengan Brazil selaku negara yang
memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen tebu dan gula.
“Kita harapkan dengan cara penanaman yang baik dan modern ini dalam 5 tahun kedepan,
kita bisa mandiri dan ketahanan pangan kita utamanya gula bisa kita lakukan sendiri tanpa
harus mengimpor, tapi memang butuh waktu mungkin dalam jangka 5 tahun kedepan, target
kita seperti itu,” tambahnya.
Presiden Joko Widodo menambahkan, penggunaan bibit yang baik dan mesin modern yang
memberikan rendemen yang baik, akan menguntungkan petani.
Namun, hal ini tentu
membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan niat yang kuat untuk mengubahnya.
“Ini yang akan kita lakukan sehingga nantinya selain gulanya terpenuhi, ada sisi lain yaitu
karena gula juga menghasilkan molasse, ini yang akan dipakai untuk membangun industri
Bioetanol yang juga akan memperkuat ketahanan energi kita. Separuh energi, BBM yang kita
gunakan 50%-nya itu impor semua, tidak boleh terus terusan begini. Kalau tebu ini berhasil,
sawit bisa ditingkatkan lagi, itu akan memperkuat ketahanan energi negara kita,” tutupnya.
Bioetanol berbasis tebu merupakan hilirisasi dari tanaman tebu yang dapat digunakan
sebagai subsitusi bahan baku bensin, yang tentunya ramah lingkungan. Potensi hilirisasi
bioetanol berbasis tebu ini membuka peluang untuk mengurangi
ketergantungan terhadap
impor bahan bakar minyak berbasis fosil.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mewakili Menteri BUMN dalam laporannya
menyampaikan bahwa transformasi yang selama ini dilakukan oleh PTPN III di klaster BUMN
Perkebunan terus menunjukkan perkembangan yang baik.
“Kondisi keuangan dari PTPN III terus menunjukkan adanya perkembangan yang baik.
Hal ini
terlihat dari total jumlah penjualan yang sudah dibukukan sampai dengan bulan September
tahun 2022 mencapai kurang lebih sekitar Rp39 triliun serta menunjukkan adanya profit
sebesar Rp4,5 triliun, yang artinya meningkat sebesar 54% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya,” ujar Pahala dalam laporannya.
“Selain daripada peningkatan kinerja keuangan, kami juga melihat adanya
peningkatan
produktivitas dan juga produksi.
Dimana di tahun 2022 ini kita melihat bahwa produksi gula di
PTPN III sudah bisa mencapai 872.000 ton atau meningkat dibandingkan yang dicapai di
tahun 2021 lalu adalah sebesar 768.000 ton,” tambahnya.
Pahala menyampaikan keberadaan SugarCo diharapkan mampu mendongkrak produktivitas
gula nasional yang berdampak pada swasembada dan kesejahteraan petani.
Dalam kunjungan kerja yang juga dihadiri Menteri ESDM, Dirut PTPN dan Pertamina tersebut,
Presiden Joko Widodo menyaksikan penandatanganan Head of Agreement antara PTPN III
dengan Pertamina tentang Rencana Kerja Sama Pengembangan Bio Energi Berbasis Bahan
Bakar Nabati di Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional.
“Kita harapkan nanti gula yang akan diproduksi menjadi Bioetanol bisa dikerjasamakan
menjadi suplai yang akan di-branding oleh Pertamina untuk bisa mengurangi produksi BBM
dan mengurangi kebutuhan minyak mentah.
Dan kita harapkan secara bertahap ini bisa
dilakukan Pabrik Enero yang saat ini bisa memproduksi kurang lebih sekitar 30.000 kiloliter
per bulannya. Jadi kita berharap bahwa kedepannya akan lebih banyak lagi kilang Etanol
yang bisa kita bangun untuk secara bertahap meningkatkan ketahanan energi,” jelas Pahala.
Selain memproduksi gula dan bioetanol,
Kementerian BUMN berharap agar peningkatan
produktivitas dan pengembangan komunitas tebu juga bisa terus dikembangkan untuk
melakukan tumpang sari dengan komunitas kedelai.
“Saat ini sudah dilakukan pilot di kurang lebih sekitar 37,88 hektar dan kami berharap bahwa
di tahun 2023 nanti kita bisa melaksanakan 35.000 hektar dengan harapan nanti di tahun
2024 bisa mencapai 50.000 hektar yang dikerjasamakan untuk menanam kedelai secara
tumpang sari,” tutupnya.
Kementerian BUMN melalui PTPN III selaku Holding Perkebunan mendorong
peningkatan
produksi tebu nasional dengan berkolaborasi dengan para petani tebu Indonesia untuk
mewujudkan swasembada gula, seiring dengan upaya untuk meningkatkan produksi
Bioetanol nasional dari 394 ribu kiloliter di tahun 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di tahun 2030,
serta menjadi potensi campuran (blend) bahan bakar minyak dari 6% di tahun 2022 menjadi
13,8% di tahun 2030 demi tercapainya ketahanan energi nasional.(AR)
Komentar
Posting Komentar